PADANG, KLIKPOSITIF – Kampung Jao Dalam, Kota Padang Sumatera Barat merupakan satu-satunya perkampungan desain grafis yang menjadi pusat industri percetakan di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Melihat kedalam sekitar 50 meter di jalan kampung Jao dalam, pengunjung akan disambut ratusan ratusan ruko penerima jasa cetak spanduk, undangan pernikahan, kartu nama, piagam, kartu nama, id card, stempel, brosur dan faktur.
Wilayah yang terkenal dengan sebutan kompleks percetakan Kampung Jawa Dalam ini berada di kawasan Pasar Raya Padang.
Salah seorang pemilik usaha percetakan dan sablon di Kampung Jao, Eva Bariklana mengatakan, perkampungan sablon dan percetakan ini berawal dari tahun 2009. Pasca gempa bumi yang mengguncang Kota Padang di tahun itu, sejumlah pengusaha percetakan berinisiatif untuk mencari satu titik agar mereka berkumpul.
“Sebelum gempa itu posisi kami berserakan, terpisah-pisah. Nah, setelah itu baru kami sepakat untuk menyewa satu kawasan supaya usaha percetakan kami ini berdekatan,” kata Eva, Senin 21 Oktober 2019 saat ditemui.
Eva menceritakan, awal mulanya hanya ada sejumlah tukang Desain grafis disini. Ditambah dengan 30 orang pengusaha percetakan (termasuk Eva), yang ada di kampung Jao ini, hingga akhirnya makin bertambah jumlah ruko percetakan bahkan sampai ratusan.
“Awalnya kami hanya 30 orang yang pindah ke sini, makin hari kami mengajak teman-teman lainnya,” sambung Eva.
Meskipun semua ruko memiliki usaha yang nyaris sama, yakni percetakan dan sablon, namun tidak membuat Eva khawatir karena dia yakin rezeki sudah diatur sama yang maha kuasa. Malah ia berasumsi, dengan bergabungnya para pengusaha percetakan di satu tempat ini memudahkan pelanggan untuk datang.
“Malah prospek lebih bagus dengan beekumpul ini, contoh dari luar daerah Jambi, Pekan Baru, Riau, dan daerah lainnya di Sumbar datang bergerombolan kesini. Mereka membawa saudaranya, bahkan mereka membantu mempromosikan di daerahnya,” jelas Eva.
Selama ini, Eva menceritakan, tidak pernah satupun pengusaha percetakan di Kampung Jao yang mengeluh karena sepi pelanggan atau mengeluh karena tersaingi.
“Alhamdullilah, selalu ada orderan. Tidak ada kami yang benar-benar kosong. Setidaknya satu bulan itu kami dapat juga omset 4 hingga 5 juta, dan paling banyak itu ada 15 juta an,” kata dia.
Disisi lain, pengusaha percetakan di Kampung Jao ini juga memiliki sistim kekeluargaan yang kuat. Salah satu contohnya, mereka tidak mau mengambil untung sendiri.
“Misalnya, saya kan kiosnya di depan, tentu potensi order lebih banyak, sedangkan yang kiosnya di belakang saya tentu agak sepi karena tidak begitu kelihatan tapi saya bagi job buat dia. Saya cetak di tempatnya, biar dia juga dapat bagian bonus,” tutur Eva.
Rata-rata pengusaha percetakan di Kampung Jao hanya dikenakan biaya kontrak kios sebesar 15 juta per tahun, tapi ada juga yang 25 hingga 30 juta per tahun, tergantung posisi dan besar ruko yang disewa. (*)