BUKITTINGGI,KLIKPOSITIF — Universitas Fort de Kock (dulu STIKes Fort de Kock) Bukittinggi membuka dua program studi (prodi) baru yang menjadi trend kekinian,yakni Bisnis Digital dan Kewirausahaan.
Kedua jurusan ini digadang-gadangkan untuk menjawab revolusi industri 4.0 serta menjangkau peluang-peluang dalam era digital. Lalu, seperti apa kurikulum yang diajarkan di Kampus Universitas Fort de Kock?
Ketua Prodi Bisnis Digital Universitas Fort de Kock Bukittinggi, Allans Prima Aulia menjelaskan bahwa Bisnis Digital merupakan prodi baru di Indonesia yang merupakan perpaduan antara ilmu ekonomi dan ilmu komputer.
“Mahasiswa,selain menerima ilmu ekonomi juga menerima ilmu komputer. Beberapa hal yang menjadi unggulan di program bisnis digital adalah mahasiswa belajar tentang multimedia, di mana di dalamnya juga include tentang produksi audio,video, animasi dan segala macamnya,” ujar Allans Prima Aulia.
Baca juga : Resmi, STIKes Fort de Kock Bukittinggi Berubah Jadi Universitas
Menurut Allans, implementasinya yang paling mudah di ingat adalah pemanfaatan untuk merilis platform seperti youtube, facebook dan sebagainya.
Ia menjelaskan, kreator yang selama ini mengelola media sosial (medsos) akan sangat terbantu, karena dibekali trik search engine optimization (seo) yang akan banyak membantu agar konten yang dibuat dapat menjangkau pasar serta meningkatkan trafic web yang dimiliki.
Sementara untuk pelajaran ekonomi, mahasiswa diajarkan tentang peminatan kewirausahaan, bisnis dan manajemen, ilmu komputer dan yang lainnya.
“Untuk praktek lapagan, target sedang penjajakan dengan marketplace besar di Bukittinggi. Selain itu, program dari kampus yang diajarkan dari semester satu, yaitu tentang inkubator bisnis, yang mana mahasiswa langsung dilibatkan langsung dengan bisnis, dan diharapkan pada semester tiga telah memulai membuat start up,” tambahnya.
Sementara untuk Kewirausahaan, Ketua Prodi Kewirausahaan Universitas Fort de Kock Bukittinggi, Fhajri Arye Gemilang mengungkapkan jika mahasiswa dipersiapkan menjadi seorang bisnisman.
“Mahasiswa diciptakan untuk membuka usaha yang membuka lowongan-lowongan kerja atau tempat kerja. Dalam kuliah, mahasiswa dibiasakan dalam tiga kategori, diantaranya menjadi wirausaha sendiri,menjadi konsultan wirausaha agar bisnis yang ada dapat dikembangkan, serta menjadi seorang pendidik kewirausahaan,” ujar Fhajri.
Menurutnya, mahasiswa punya kompetensi di bidang tiga tersebut. Semenjak awal mahasiswa di setting untuk membangun bisnis sendiri, dan setelah tamat diharapkan bisnisnya telah besar.
“Semester awal mahasiswa mempelajari bisnis dari awal sampai berkembang. Pada semester berikutnya, dipersiapkan untuk terjun ke lapangan karena Bukittinggi adalah tempat terbaik untuk inkubator bisnis. Setelah itu didorong untuk membuat kerjasma bisnis di tingkat internasional dan membiasakan mahasiswa berhubungan dengan dunia luar,” jelasnya. (*)